Cerita Tentang Hijab

Photo by Ba Tik from Pexels
Jilbab tercatat dalam sejarah budaya dimana penggunaan jilbab di Indonesia dimulai abad ke-17. Jilbab atau hijab, kerudung yang dikenakan oleh wanita Muslim untuk menutupi kepala, menjadi sangat populer di Indonesia dalam dua dekade terakhir.

Sebuah survei tahun 2014 menemukan bahwa 63,58% dari 626 responden mengatakan mereka mengenakan jilbab. Hanya 4,31% dari mereka pasti tidak akan memakainya.

Tiga jenis tipe jilbab.
Kerudung sederhana. Ini datang dalam berbagai warna dan model. Model ini dipakai hingga 70% wanita Indonesia yang mengenakan jilbab.

Cadar konservatif. Ini besar, menutupi tubuh bagian atas, dan datang dalam warna-warna polos seperti putih, hitam dan coklat. Beberapa orang menyebutnya kerudung Syariah ini dikenakan oleh 10% wanita Muslim yang mengenakan jilbab.

Kerudung yang modis. Tipe datang dalam berbagai warna dan gaya. Wanita urban biasanya memakai gaya hijab ini. Harganya lebih tinggi, mulai dari Rp 50.000 hingga jutaan rupiah.

Menurut catatan sejarah, jilbab di Indonesia pertama kali dikenakan oleh wanita bangsawan di Makassar, Sulawesi Selatan, pada abad ke-17. Wanita Jawa mengadopsi gaya pada awal 1900-an.

Penelitian oleh Jean Gelman Taylor, seorang profesor sejarah di Universitas New South Wales, menyebutkan bahwa tidak ada gambar jilbab selama tahun 1880-an dan 1890-an. Sayangnya, dia tidak menyebutkan alasannya.

Alasan memakai jilbab.
Antropolog Saba Mahmood dari Mesir berpendapat bahwa banyak wanita Muslim mengenakan jilbab untuk mengekspresikan identitas dan kesalehan agama mereka. Dengan mengenakan jilbab, seorang wanita Muslim percaya dia lebih saleh daripada mereka yang memutuskan untuk tidak melakukannya.

Banyak wanita Muslim di Indonesia juga tampaknya mengenakan jilbab karena alasan ini. Dalam survei 2014, 95% responden yang mengenakan jilbab mengatakan mereka memakainya untuk alasan agama. Beberapa wanita Muslim juga memakainya untuk alasan keamanan, kenyamanan dan politik.

Sarjana Indonesia Dewi Chandraningrum mengatakan dalam bukunya, Bernegosiasi Jilbab, Politik & Seksualitas di Indonesia Kontemporer, bahwa politisi perempuan biasanya mengenakan jilbab dalam kampanye politik, berharap bahwa mereka akan mendapatkan lebih banyak suara dengan mendapatkan simpati melalui menjadi saleh.

Mengingat bagaimana pahlawan-pahlawan Indonesia di masa lalu mengenakan jilbab sebagai pilihan mereka, kita harus mendorong para wanita saat ini untuk memilih mengenakan atau tidak mengenakan jilbab berdasarkan preferensi pribadi mereka.